Jumat, 05 November 2010

Peningkatan Disiplin Belajar



1. Kedisiplinan Belajar dan Pengaruhnya

Kedisiplinan belajar merupakan suatu kesediaan untuk menepati atau mematuhi peraturan selama proses belajar. Pengaruh kedisiplinan belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian dalam proses belajar (Abu Daud, 2010).

Kedisiplinan belajar berkaitan dengan sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai, serta kaidah yang berlaku dalam berlatih dan menuntut ilmu dalam belajar.

Dengan adanya kedisiplinan belajar, para siswa akan mematuhi aturan belajar dan menghukum mereka jika tidak mematuhi aturan belajar. Kedisiplinan belajar terwujud dalam suatu perintah dan suatu keadaan yang dikendalikan dalam pengajaran, terutama di dalam suatu kelas. Kedisiplinan belajar mengajarkan ketaatan agar seseorang mematuhi aturan belajar. Kedisiplinan belajar siswa dapat diketahui dari ciri-ciri anak yang memiliki kedisiplinan belajar, yaitu : cenderung patuh, mendukung, mempertahankan tegaknya peraturan dan nilai yang berlaku, adanya rasa tanggung jawab yang dapat berkembang menjadi sikap dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri tersebut diterapkan dalam kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah.

2. Peningkatan Disiplin

Peningkatan disiplin bagi anak dapat dilakukan di sekolah dan di rumah. Peningkatan disiplin sekolah diartikan sebagai keadaan tertib di mana guru, staf sekolah, dan peserta didik yang tergabung dalam sekolah, tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib di mana guru, staf sekolah dan peserta didik yang tergabung dalam sekolah, tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati (Mulyasa, 2003).

Dari pengertian tersebut, peningkatan disiplin sekolah bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi, serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian disiplin dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu berdiri sendiri.

Mulyasa (2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin sekolah sebagai berikut.

a. Konsep diri; strategi ini menekankan bahwa konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, handat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

b. Keterampilan berkomunikasi; guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku salah. Untuk itu guru disarankan: (a) menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya dan (b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah

d. Klarifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

e. Analisis transaksional; disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

f. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.

g. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku yang sistematik diimplementasikan di kelas, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

h. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

i. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

Upaya mendisiplinkan anak yang dilakukan oleh orang tua di rumah dapat dilakukan melalui:

a. Perilaku yang patut dicontoh. Artinya, setiap perilaku orang tua didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya.

b. Kesadaran diri herus ditularkan pada anak-anaknya dengan mendorong mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral. Oleh karena itu, orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan instrispeksi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun nonverbal tentang perilaku yang taat moral.

c. Komunikasi dialogis antara orang tua dan anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya mereka memecahkan masalah.

d. Menyuburkan ketaatan anak-anak terhadap nilai-nilai dan peraturan yang berlaku.

e. Penataan lingkungan fisik yang melibatkan anak-anak dan berangkat dari dunianya akan menjadikan anak semakin dekat, akrab dengan nilai moral dan peraturan yang ada.

f. Penataan lingkungan sosial dengan menghadirkan situasi kebersamaan antara anak-anak dengan orang tua.

g. Penataan lingkungan pendidikan yang menumbuhkan perilaku disiplin pada anak.

h. Penataan suasana psikologis agar semakin kokoh nilai-nilai moral dan peraturan yang berlaku dijabarkan dan diterjemahkan menjadi tatanan sosial dan budaya dalam kehidupan keluarga (Moch. Shochib, 2000).

Dengan demikian, peningkatan disiplin bagi anak-anak dapat dilakukan sejak mereka masih anak-anak dimulai dari lingkungan keluarga maupun lingkugan sekolah. Di rumah, orang tua memberi contoh kedisiplinan kepada anak-anak dan membiasaan mereka hidup secara disiplin. Di sekolah, para guru dapat menerapkan aturan atau tata tertib yang memiliki sanki bagi yang melanggarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar