Rabu, 29 Desember 2010

Ketundukan


Compliance (ketundukan) merupakan suatu perilaku yang sebagai persetujuan atas permintaan orang lain. Memang di dalam mengabulkan permintaan orang lain bisa disebabkan karena adanya kekuatan sosial, adakalanya seseorang itu mengabulkan permintaan tanpa alasan tertentu. Artinya, dia hanya ingin memberi dan kalau ada permintaan. Keadaan seperti ini disebut Mindlessness (kerelaan tanpa pamrih). Menurut Equity Theory (Teori Tentang Keadilan), hubungan interpersonal cenderung terbentuk oleh adanya perasaan bahwa mereka itu diperlakukan secara fair (adil). Apabila kita tertarik pada seseorang, kita akan berbuat sesuatu yang disukainya. Orang akan mengabulkan permintaan apabila sedang senang hatinya. Perasaan senang berkaitan dengan moodnya pada saat itu. Pendapat ini terbukti dalam penelitian oleh Regan (1971) yang menemukan apabila orang itu dalam masalah, cenderung menolak permintaan, sebaliknya apabila dia dalam situasi rileks/menyenangkan, cenderung mengabulkan permintaan.

Macam-macam teknik mendapatkan Compliance (ketundukan):

  1. Foot-in-the-door; Teknik ini diajukan apabila kita bermaksud mendapatkan sesuatu yang besar dengan terlebih dahulu meminta sesuatu yang kecil. Pada teknik ini, orang mengabulkan suatu permintaan apabila dia pernah memberikan sesuatu terhadap orang yang sama sebelumnya.
  2. The-door-in-the-face; Kebalikan dari yang pertama. Permintaannya besar dulu, karena tidak dapat dipenuhi baru yang kecil hingga bisa dikabulkan. Teknik ini bisa berhasil dengan syarat : (a) Tenggang waktu permintaan satu dengan yang berikutnya tidak jauh (harus saat itu juga), (b) Pemintaan pertama jauh lebih banyak daripada kedua dan seterusnya, (c) Kedua permintaan itu harus dilakukan oleh satu orang.
  3. Low-Ball; Menurut teknik ini, agar bisa memperoleh sesuatu yang lebih tinggi, orang bisa mendapatkannya setelah ada permintaan yang terkabul. Namun permintaan berikutnya itu adalah permintaan ralat. Teknik ini pernah diteliti dengan cara memberikan harga yang lebih rendah untuk sebuah mobil yang dipasarkan. Setelah pembeli menyepakati harga yang ditawarkan, salesman-nya beberapa saat kemudian mengatakan kepada pembeli bahwa harga yang disepakati itu keliru dan harus diubah. Ternyata, beberapa orang masih mau membeli dengan harga yang sudah dinaikkan tersebut. Dengan kata lain, teknik ini berhasil dilakukan. Syaratnya adalah harus ada persetujuan atau kesepakatan dulu (tentang harga yang ditawarkan pertama kali).
  4. Even-a-penny-will-help-technique; teknik ini seringkali dipakai oleh para pencari derma. Hasilnya sungguh luar biasa. Karena si pemberi derma, secara psikologis memiliki kebebasan dari ketentuan dan terdorong untuk memberikan dalam jumlah yang lebih besar dengan harapan bisa membantu pihak yang dibantu.
  5. Teknik Menanamkan Rasa Bersalah (Guilty Feeling); Dengan menanamkan rasa bersalah menyebabkan orang ingin memberikan lebih banyak daripada orang yang tidak merasa bersalah. Dengan memberikan derma, diasumsikan sebagai cara untuk menghilangkan atau mengurangi dosa yang telah diperbuat meskipun pemberian itu tidak selalu berhubungan dengan perbuatan salahnya.
  6. Teknik Sentuhan; Pernah diteliti oleh Smith (1992). Kepada calon pembeli ditawarkan suatu produk makanan dengan jalan memberi kesempatan kepada calon pembeli untuk mencicipi makanan itu. Selama memberi sampel makanan, sebagian orang disentuh tangannya dan diminta untuk membeli sedangkan sebagian lagi tidak disentuh tangannya namun diminta untuk membeli. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang disentuh tangannya lebih banyak membeli daripada yang tidak disentuh tangannya.
  7. Pemberian Atribusi ; di dalam Teknik Persuasi dengan jalan memberikan atribut positif (sanjungan) kepada seseorang, ternyata juga menunjukkan hasil yang lebih baik agar orang tersebut lebih mudah mengabulkan permintaan daripada tanpa memberi atribusi apapun. Teknik ini akan sangat efektif apabila orang tersebut membutuhkan atribusi positif, namun bagi mereka yang punya kepercayaan diri yang tinggi maka teknik ini tidak kena sasaran atau tidak tepat.

Bimbingan dan Konseling Islami


Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan al-Qur’an dan sunnah Rasul. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibimbing, dibantu, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Konflik-konflik batin dalam diri manusia yang berkenaan dengan ajaran agama (Islam maupun lainnya) banyak ragamnya, oleh karenanya diperlukan selalu adanya bimbingan dan konseling Islami yang memberikan bimbingan keagamaan kepada individu agar mampu mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat (Faqih, 2001:2).

Metode Mengefektifkan Bimbingan dan Konseling Islami

Muhaimin (dalam Dahlan, 2007: 123) mengajukan empat metode untuk mengefektifkan pelaksanaan BKI.

Pertama metode structural. Kita selalu hidup dalam struktur tertentu, sejak kita makan, mandi, bekerja dan sekolah hingga mengikuti ujuan pun harus mengikuti struktur tertentu yang telah ditetapkan. Pengendara sepeda motor dan mobil harus mengikuti struktur tertentu yang ditentukan oleh pengatur lalu lintas berupa lampu merah dan marka-marka jalan yang lain, tanpa kedisiplinan untuk mengikuti aturan, boleh jadi pengendara akan saling bertabrakan dan lalu-lintas menjadi kacau.

Demikian juga dengan sekolah. Manajemen sekolah menetapkan struktur trtentu untuk mengatur jalannya proses belajar mengajar secara baik dan lancer. Setiap siswa yang masuk ke sekolah tertentu, harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan didalamnya, tanpa kedisiplinan engikuti aturan dan struktur yang ada, maka proses belajar-mengajar akan kacau dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.

Kedua, metode formal. Setiap lembaga memiliki aturan tertentu yag dituangkan dalam bentuk visi, misi dan peraturan sekolah berkaitan dengan jam belajar, seragam, pembayaran uang sekolah, dan lain-lain. Aturan formal biasanya juga menentukan sanksi atau hukuman tertentu bagi tindakan pelanggaran yang dilakukan.

Demikian halnya dengan Islam. Sebagai agama, Islam memiliki aturan atau hokum-hukum formal yang harus ditaati oleh umatnya. Misalnya, Islam mengatur makanan apa saja yang dihalalkan dan diharamkan, perbuatan yang mengadung dosa dan pahala, serta bentuk-bentuk ibadah formal seperti sholat, puasa, zakat, dan haji yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang mampu melaksanakannya.

Dengan menekankan pentingnya aturan formal disamping bentuk-bentuk amal kebajikan lain yang diajurkan dalam Islam, seorang siswa yang muslim akan berusaha untuk menyesuaikan segala perbuatan dan perilakunya dengan ketentuan dan ajaran-ajaran Islam. Inilah yang diharapkan dapat membentuk kedisiplinan siswa utuk menjadi seorang muslim yang muhsin sehingga mendapatkan hidayah dan rahmat dari Allah.

Ketiga, metode mekanik. Setiap aturan memiliki mekanisme tertentu untukmelaksanakannya. Dalam penetapan sebuah aturan, misalnya, ditentukan atas dasar apa aturan dibuat, untuk siapa, bagaimana pelaksanaannya, siapa yang member sanksi dan hukuman bagi pelanggarnya, dan situasi apa yang membolehakn seseorang untuk melanggar aturan tertentu. Dalam Islam, aturan atau hokum yang tertinggi dibuat oleh Allah, diturunkan sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia. Karenanya, jika seorng Muslim mngikuti ajaran Islam berarti ia telah melakukan ketaatan kepada Allah dan layak mendapatkan pahala. Sebaliknya, tanpa ketaatan dan kedisiplinan melaksanakan ajaran agama, akan menjerumuskan manusia pada dosa dan kenistaan.

Keempat, organik. Dalam sebuah institusi, setiap aturan tidak dapat dipisahkan dari aturan lain. Islam mengajarkan bahwa orang yang dapat dipisahkan dari aturan lain. Islam mengajarkan bahwa orang yang shalat tetapi tidak mengerjakan zakat dan amal saleh akan menyebabkan keberagamaan seseorang menjadi pincang. Sholat harus dimbangi dengan melakukan amal-amal saleh yang ain untuk menyempurnakannya. Untuk melaksanakan berbagai ajaran agama tersebut, dibutuhkan kedisiplinan dan tanggung jawab dari pelaksanaannya. Karenanya, adanya hubungan antara satu ajaran dengan ajaran lain mengajarkan agar manusia selalu disiplin melaksanakan berbagai ajaran tersbeut.

Selain itu, pendekatan hurmanistik dan usaha penciptaan kndisi sosial tertentu yang sejalan dengan, dapat menciptakan disiplin belajar siswa sesuai engan nilai-nilai Islam. Penanaman nilai-nilai Islam di atas tentunya diorientasikan dengan pendekatan kesiswaan (melalui psikologi hurmanistik), yang berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan siswa.

Pandangan ini juga didukung oleh bberapa konsep dan teori yang menyebutkan bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konselling Islam berpengaruh positif terhadap penciptaan displin belajar pada siswa. Lebih jauh, asumsi ini didukung oleh pendekatan humanistic yang lebih mengutamakan sisi manusawi untuk mengubah perilaku siswa kea rah yang lebih baik.

Sejalan dengan pendapat diatas, bimbingan dan konseling dengan nilai-nilai Islam sejak putra-putri masih kanak-kanak dapat membantu perkembangan psikologi anak ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Dalam hal ini pembentukan nilai-nilai keimanan dalam lingkungan keluarga dianggap sebagai unsur penting yang harus diperhatikan setiap keluarga.

Begitu anak menginjak remaja hingga dewasa, saat seorang anak menempuh pendidikan formal, pelaksanaan bimbingan dan konseling, yang semula lebih banyak diberikan oleh kedua orang tua di rumah, harus dilengkapi dengan bimbingan dan knseling Islami di lingkungan sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan dan perilaku hidup yang lebih baik.

Disiplin dalam bekerja dan melaksanakan tugas merupakan hal yang sangat penting dalam menempuh dan menyelesaikan pendidikan formal. Kedisiplinan bukan sekedar indikasi adanya semangat dan kegairahan untuk terus belajar, tetpi dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan hakiki kehidupan manusia di dunia. Sebagaimana menghafal Al Qur’an memerlukan kedisiplinan tinggi untuk bisa menyelesaikan hafalan seluruh isi Al Qur’an hingga 30 juz.

Mengingat usaha pemberian bantuan kepada siswa di sekolah dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga professional/petugas selain pembimbing dan penyuluh agama, seperti penyuluh dan pembimbing pendidikan, guru-guru kelas, wali kelas dan kepala sekolah sendiri serta lain-lain tenaga profesional sekolah, maka perlu dipahami oleh pembimbing agama/penyuluh agama tentang batas mana tugas tersebut dapat dilaksanakan yaitu meliputi :

a. Bimbingan dan konseling Islam tidak hanya diberikan kepada siswa yang sedang menghadapi permasalahan (kesulitan) saja, melainkan haarus diberikan kepada semua siswa yang memiliki gejala-gejala kemunduruan disiplin belajarnya, ataupun minatnya dalam memporoleh kehidupan yang sukses menurun, juga gejla demoralisasi, gejala anti sosial, dn sebagainya.

b. Pembimbing/konselor dalam melaksanakan tugasnya harus bekerja dengan pihak lain, misalnya guru-guru, tenaga atau staf sekolah lainnya. Dengan kerjasama yang serasi itu maka, tugas dan fungsinya akan lebih mudah dilaksanakan.

c. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam batas-batas dan fungsi serta kemampuan pembimbing/ konselor Islami, sehingga kesulitan/ permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang bersifat spikosomalis, psikiatris (penyakit jiwa yang menggejala menjadi penyakit jasmaniah atau yang bersifat klinis kedokteran jiwa), gangguan kepribadan siswa, atau penyakit jasmani siswa dan lain sebagainya, konselor harus melakukan referral (pelimpahan) kepada para ahlinya yaitu dokter jiwa (psikiater), psikolog (ahli jiwa), dokter kesehatan umum maupun spesialis, ahli psikoterapi (pengobatan penyakit jiwa)

d. Usaha bantuan dan penyuluhan kepada siswa-siswa harus bertolak pada usaha pencegahan segala kesulitan siswa-siswa serta bagaimana menanggulanginya terutama yang berkaitan dengan proses dan situasi belajar mengajar disekolah.

e. Dalam proses bimbingan dan konseling Islam harus didasarkan atas kesepakatan antara konselor dengan siswa-siswa yang dibimbingnya, karena tanpa kesepakatan demikian, proses sasarannya secara tepat. Untuk itu perlu diperoleh fakta-fakta tentang kehidupan-kehidupan pribadi setiap siswa-siswa yang dibimbingnya. Fakta-fakta baru diperoleh secara langsung dari siswa bila masing-masingnya bersepakat untuk mendapatkan bimbingan dan konseling Islam yang diperlukan, karena siswa rela memberikan fakta-fakta tentang dirinya kepada pembimbing/konselor misalnya melalui interview (Dahlan, 2007:127)

Secara operasional, dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling Islam, program bimbingan dan konseling Islam harus disusun dan ditetapkan sedemikian rupa sehingga tujuan bimbingan an konseling Islam tersebut dapat dicapai melalui proses-proses, tahap demi tahap sejalan dengan tugas dan fungsinya.

Program kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat dijabarkan sesuai dengan program pendidikan agam pada khususnya dan sejalan dengan program-program pendidikan lainnya secara menyeluruh.

Selasa, 28 Desember 2010

Jantung dalam Sistem Peredaran Darah Pada Manusia



Tubuh manusia memerlukan alat transporgasi untuk mengangkut zat yang diperlukan untuk oksidasi dan respirasi maupun untuk mengangkut zat hasil proses tersebut. Sistem transportasi di dalam tubuh manusia terdiri atas: jantung, pembuluh darah, darah, dan getah bening.

a. Jantung

Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri dan berfungsi sebagai pemompa darah. Jantung terdiri atas ruangan empat yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri, dan bilik kanan. Dinding bilik jantung memiliki otot yang lebih tebal dibandingkan dengan serambi jantung. Hal ini disebabkan kerja bilik jantung lebih berat, yaitu memompa darah ke luar jantung, sedangkan serambi jantung hanya memompa darah ke bilik jantung. Dinding bilik kiri lebih tebal daripada dinding bilik kanan, karena bilik kiri memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan bilik kanan hanya memompa darah ke paru-paru.

Antara serambi kanan dengan bilik kanan terdapat katup yang disebut valvula trikuspidalis. Antara serambi kiri dengan bilik kiri terdapat katup yang disebut valvula bikuspidalis. Katup-katup tersebut berguna untuk menjaga agar darah tidak kembali ke dalam serambi apabila bilik jantung memompa darah baik ke seluruh tubuh maupun ke paru-paru.

Jantung bekerja karena kontraksi otot jantung. Hal ini mengakibatkan mengembang dan mengempisnya bagian-bagian jantung. Bila serambi jantung mengembang darah masuk ke serambi. Serambi menguncup, darah dari serambi masuk ke dalam bilik, selanjutnya bilik menguncup darah keluar dari bilik jantung.

Denyut jantung terjadi jika otot jantung berkontraksi. Denyut jantung pada setiap orang berbeda-beda tergantung usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan, dan kegiatan. Denyut jantung orang dewasa yang sehat dalam keadaan biasa (istirahat) antara 60 – 80 denyutan per menit. Tekanan darah menjadi indicator untuk mengetahui kekuatan jantung memompa darah. Tekanan darah pada saat bilik berkontraksi dikenal dengn sistol. Sedangkan tekanan darah saat bilik relaksasi dikenal dengan diastole

b. Pembuluh darah

Pembuluh darah pada manusia dibedakan menjadi tiga macam yaitu pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan pembuluh kapiler.

1) Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh yang membawa darah keluar dari jantung. Letaknya agak dalam tersembunyi dari permukaan tubuh. Dinding pembuluh darah kuat dan elastis. Denyutnya terasa dan mempunyai satu katup dekat jantung yang berfungsi menjaga agar darah tidak kembali ke jantung. Pembuluh nadi yang paling besar disebut aorta. Pembuluh ini berpangkal pada bilik kiri jantung. Pembuluh ini membawa darah yang kaya oksigen. Dalam tubuh ada juga aorta yang keluar dari bilik kanan jantung. Pembuluh ini membawa darah yang kaya karbondioksida menuju paru-paru.

2) Pembuluh balik (vena) adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Letaknya dekat permukaan kulit dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluh tipis dan tidak elastis. Denyutnya tidak terasa dan mempunyai katup di sepanjang pembuluh yang berfungsi agar aliran darah berlangsung satu arah. Pembuluh balik terdiri atas pembuluh balik tubuh berasal dari seluruh tubuh menuju serambi kanan jantung dan pembuluh balik paru-paru yang berasal dari paru-paru kiri dan kanan. Keduanya bersatu menuju ke serambi kiri jantung. Pembuluh balik tubuh mengangkut darah yang kaya karbondioksida. Sedangkan pembuluh balik paru-paru mengangkut darah yang kaya oksigen.

3) Pembuluh kapiler. Ujung pembuluh nadi yang terkecil dan ujung pembuluh balik yang terkecil dihubungkan oleh pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah ini sangat halus, letaknya tersebar di seluruh tubuh berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh.

c. Darah

Darah manusi tersusun atas plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair. Komponen terbesar dari plasma darah adalah air, yaitu sekitar 90%. Di dalam plasma darah terlarut zat makanan (glukosa, asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral), hormone, dan zat sisa metabolism (CO2, ammonia, dan urea). Di dalam plasma darah terdapat protein yang menghasilkan zat fibrinogen yang berperan dalam pembekuan darah. Jika plasma darah dipisahkan fibrinogennya maka yang tertinggal cairan kuning yang disebut serum. Di dalam serum terkandung zat antibodi.

Sel darah merupakan bagian yang padat, terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Semua unsur tersebut tersusun menjadi cairan darah yang pada dasarnya berwarna merah.

1) Sel darah merah

Sel darah merah berbentuk bulat pipih, bagian tengahnya cekung (bikonkaf) dan tidak berinti. Warna merah pada sel darah merah karena mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan senyawa protein yang mengandung zat besi. Pada orang dewasa, tiap satu millimeter kubik darah terdapat ±5 jtua sel darah merah. Sel darah merah dibentuk di sumsum merah. Sel darah merah berumur + 120 hari. Setelah itu sel darah merah rusak dan dirombak di dalam hati dan limpa. Hemoglobin hasil perombakan digunakan untuk membuat zat warna empedu yang disebut bilirubin. Sedangkan zat besi yang terdapat pada hemoglobin terlepas dan digunakan untuk membentuk sel darah baru.

2) sel darah putih

Sel darah putih bentuknya tidak tetap, mempunyai inti, tidak berwarna, dapat bergerak secara ameboid (seperti amoeba) dan dapat menembus dinding pembuluh darah. Keluarnya sel darah putih dari pembuluh darah kapiler disebut dapedesis. Berdasarkan bentuknya, sel darah putih dalam tubuh ada lima macam yaitu: basophil, ersinofil, neurofil, monosit, dan limfosit. Sel darah putih dalam tubuh dapat bersift fagosit, artinya dapat melenyapkan bibit penyakit dengan cara memakannya. Sel darah putih dibentuk dalam sumsum merah, limpa, dan kelenjar getah bening. Dalam setiap satu millimeter kubik darah terdapat + 8000 sel darah putih.

3) Keping darah

Keping darah bentuknya tidak teratur dan tidak berinti. Dalam satu millimeter kubik darah terdapat + 250 ribu keping darah. Keping darah berfungsi dalam proses pembeluan darah. Jika mengalami luka berdarah, keping darah akan pecah dan mengeluarkan enzim tromboknase. Dengan bantuan kalsium dan vitamin K, trombokinase mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin akan merangsang fibrinogen membentuk benang-benang fibrin yang menangkap dan menghalangi sel darah merah keluar dari pembuluh darah yang luka.

Fungsi darah yaitu: (1) sebagai alat pengangkut, (2) membunuh kuman penyakit, (3) membekukan darah, dan (4) menjaga suhu tubuh.

Pada tahun 1900, Karl Lansteiner menemukan 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O. Penggolongan itu didasarkan ada tidaknya aglutinogen yaitu sejenis protein yang terdapat di dalam sel darah merah. Bila darah merah seseorang mengandung aglutinogen A, maka golongan darah orang tersebut adalah A. Bila darah merah seseorang mengandung aglutinogen B, maka golongan darah orang tersebut adalah B. Bila darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan B, maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Bila darah merah seseorang tidak mengandung aglutinogen, maka golongan darah orang tersebut adalah O. Selain aglutinogen ditemukan juga sejenis protein pada plasma darah yaitu agglutinin atau anti agglutinin A (anti A) dan agglutinin B (anti B). Bila anti A bertemu dengan aglutinogen A maka akan terjadi penggumpalan darah yang disebut aglutinasi. Bila anti B bertemu dengan aglutinogen B maka terjadi penggumpalan darah. Penggolongan darah sangat berguna dalam proses transfuse darah dari seseorang ke orang lain. Orang yang memberikan darahnya disebut donor darah, sedangkan orang yang menerima darah disebut resipien.

Pada manusia darah selalu beredar di dalam pembuluh darah. Oleh karena itu peredaran darahnya disebut peredaran darah tertutup. Darah dari bilik kanan yang banyak mengandung karbondioksida melalui pembuluh nadi paru-paru dipompa menuju ke paru-paru. Di paru-paru, darah melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. Dari paru-paru darah yang banyak mengandung oksigen melalui pembuluh balik paru-paru kembali ke jantung bagian serambi kiri. Dari serambi kiri darah masuk ke bilik kiri. Melalui pembuluh nadi tubuh, darah dari bilik yang banyak mengandung oksigen dan mengambil karbondioksida. Dari sel-sel tubuh darah yang banyak mengandung karbondioksida melalui pembuluh balik tubuh dibawa ke serambi kanan.

Karena dalam satu kali peredarannya, darah melalui jantung dua kali maka peredaran darah manusia disebut peredaran darah rangkap atau ganda. Peredaran darah rangkap terdiri atas peredaran darah kecil (jantung – paru-paru – jantung) dan peredaran darah besar (jantung – seluruh tubuh - jantung).

d. Getah bening

Getah bening atau limfa adalah cairan yang berwarna kekuningan dan berisi sel-sel darah putih, keping darah, dan fibrinogen. Limfa berasal dari cairan jaringan tubuh yang tidak diserap oleh pembuluh darah, lalu masuk ke pembuluh limfa. Pembuluh limfa bercabang-cabang dan cabangnya yang halus terbuka ujungnya tidak berhubungan satu sama lain. Karena itu peredaran limfa disebut peredaran terbuka.

Di dalam tubuh, pembuluh limfa dibedakan menjadi dua yaitu pembuluh limfa kanan dan pembuluh limfa kiri. Pembuluh limfa kanan merupakan kumpulan pembuluh-pembuluh limfa yang berasal dari kepala, lengan, dan dada kanan. Sedangkan pembuluh limfa kiri merupakan kumpulan pembuluh-pembuluh limfa yang berasal dari kepala, lengan, dan dada kiri serta tubuh bagian bawah.

Pada percabangan pembuluh limfa umumnya terdapat bagian yang membesar, disebut kelenjar lmfa. Kelenjar limfa pada tubuh kita antara lain pada lipatan paha, leher, dan ketiak. Fungsi kelenjar limfa adalah sebagai tempat pembuatan sel darah putih dan menyaring kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Di dalam tubuh manusia terdapat alat tubuh yang fungsinya sama dengan kelenjar limfa, yaitu limpa dan tonsil. Limpa terdapat di dalam rongga perut di belakang lambung. Fungsi limpa adalah empat pembentukan sel darah putih, tempat membunuh kuman penyakit, tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati dan tempat penimbunan darah.

Tonsil terletak pada dinding kiri dan kanan tenggorokan. Tonsil juga terdapat di rongga hidung bagian belakang. Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap kuman-kuman yang masuk melalui saluran pernapasan dan mencegah infeksi lebih lanjut dengan menghancurkan kuman-kuman penyakit

e. Penyakit pada sistem transportasi

Penyakit dalam sistem transportasi darah manusia antara lain:

1) Kelainan darah

a) Anemia yaitu darah tidak mampu membawa oksigen yang cukup bagi tubuh, disebabkan oleh kurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin yang membawa oksigen. Anemia pernisiosa yaitu rendahnya jumlah sel darah merah. Anemia sel sabit yaitu penyakit menurun yang disebabkan hemoglobin di dalam sel darah merah tidak sempurna.

b) Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang menurun, sel darah merah tidak normal. Hal ini disebabkan kegagalan gen dalam memproduksi protein penyusun hemoglobin secara lengkap sehingga hemoglobin tidak sempurna. Akibatnya transportasi oksigen ke seluruh tubuh terganggu.

c) Leukemia yaitu sel darah putih jumlahnya meningkat pesat kemudia memakan sel darah merah.

d) Hemofili adalah penyakit menurun dimana darah sukar membeku.

2) Kelainan pembuluh darah

a) Varises terjadi pada pembuluh balik akibat tidak lancarnya aliran darah menuju jantung. Darah terkumpul di pembuluh balik (vena) yang menyebabkan vena melebar. Varises sering dijumpai di kaki.

b) Ambeien atau wasir yaitu mengembangnya pembuluh balik pada dubur.

c) Atheroskerosis terjadi apabila terdapat penumpukan lemak, kolesterol, gula dan berbagai bahan lainnya pada dinding, pembuluh arteri, sehingga menyempit. Penyempitan ini bila terjadi pada pembuluh arteri yang menuju ke otak dapat menyebabkan stroke.

3) Kelainan jantung

a) Jantung coroner karena arteri mengalami penyumbatan yang disebabkan terlalu banyaknya endapan dari kapur dan serabut yang tumbuh pada bagian dalam pembuluh darah.

b) Thrombosis kronir karena pembekuan darah di bagian arteri coroner, akibatnya aliran darah yang menuju jantung tersumbat.

c) Fibriasi atrium yaitu denyutan serambi jantung cepat dan tidak beraturan.

Sabtu, 25 Desember 2010

Persyaratan Konselor Sekolah


Pekerjaan seorang konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab individu-individu yang dihadapi sehari-hari di sekolah satu dengan yang lain memiliki permasalahan yang berbeda, masing-masing individu atau siswa mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya.

Dapat diartikan bahwa seorang konselor sekolah harus bertanggung jawab atas kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan kebutuhan sosial anak, dan ikut dalam segala kegiatan sekolah secara menyeluruh, khususnya mendampingi kepala sekolah dalam menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang dirumuskan oleh Jones (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985:21) bahwa konselor juga bertugas mengadakan hubungan dengan guru-guru, menga-dakan pertemuan dengan guru pembimbing atau petugas lainnya dalam hubungan dengan pelaksanaan bimbingan di sekolah.

Seorang konselor sekolah di dalam menjalankan tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lainnya. Pada situasi tertentu kadang-kadang seorang konselor harus berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai pembangkit semangat, atau peranan-peranan lain yang dituntut oleh klien dalam proses konseling.

Oleh karena itu seorang konselor harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus.

a. Persyaratan Formal

Secara umum seorang konselor sekolah serendah-rendahnya harus memiliki ijazah sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk menjadi guru (memiliki sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan di mana ia ditugaskan.

Secara profesional seorang konselor sekolah hendaknya telah mencapai tingkat pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikannya pada institusi bersangkutan seorang konselor harus menempuh mata kuliah atau bidang studi tentang prinsip-prinsip dan praktek bimbingan. Dan bidang yang harus dikuasai meliputi antara lain: (1) proses konseling, (2) pemahaman individu, (3) informasi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir, (4) adiminstrasi dan kaitannya dengan program bimbingan, (5) prosedur penelitian dan penilaian bimbingan. Di samping bidang tersebut di atas, perlu pula dikuasai bidang-bidang lainnya seperti: psikologi, ekonomi dan sosiologi.

Seorang konselor profesional dalam bidangnya, hendaknya telah memiliki pengalaman mengajar atau melaksanakan praktek konseling selama dua tahun, ditambah satu tahun pengalaman bekerja di luar bidang persekolahan, tiga bulan sampai enam bulan praktek konseling yang diawasi tim pembimbing atau praktek internship, dan pengalaman-pengalaman yang ada kaitannya dengan kegiatan sosial seperti misalnya kegiatan sukarela dalam masyarakat, bekerja dengan orang lain dan menunjukkan kemampuan memimpin yang baik.

Menurut Mortensen dan Schmuller (dalam Prayitno, 1999:343), sifat-sifat pribadi atau kualifikasi pribadi yang harus dimiliki oleh konselor sekolah dalam kaitannya dengan persyaratan formal, terdiri dari : (1) bakat skolastik atau scholastic aptitude, yang dimiliki seorang konselor harus baik, sehingga mereka akan dapat menyelesaikan studinya di perguruan tinggi dengan hasil yang memuaskan, (2) minat atau interest yang mendalam untuk bekerja sama dengan orang lain, (3) kegiatan-kegiatan atau activities yang dilakukan seorang konselor, (4) faktor-faktor kepribadian atau personality factors, seorang konselor harus memiliki kematangan emosi, yang dapat diteliti dari situasi kehidupan kepribadiannya, kesabaran, keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas menarik diri dari situasi rawan, cepat tanggap terhadap kritik dan humoris.

b. Persyaratan Kepribadian

Seorang konselor sekolah di dalam mengadakan kontak dengan klien atau siswa, harus memiliki sifat – sifat kepribadian tertentu. Sifat – sifat kepribadian tersebut menurut Dewa Ketut Sukardi (1986:28), antara lain: (1) memiliki pemahaman terdapat orang lain secara objektif dan simpatik; (2) memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan lancar; (3) memahami batas – batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri ; (4) memiliki minat yang mendalam mengenai murid – murid, dan berkeinginan sungguh – sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka ; (5) memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial dan fisik.

National Vocational Guidance Association (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985 : 28 ) mengemukakan persyaratan ideal yang dituntut dari konselor berkaitan dengan karakter konselor ialah : “ interest terhadap orang lain, sabar, peka terhadap berbagai sikap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan objektif, serta ia sungguh – sungguh respek terhadap orang lain, dan dapat dipercaya. “

c. Persyaratan Sifat dan Sikap

Seorang konselor sekolah dituntut persyaratan tertentu yang berkaitan dengan syarat dan sikap yang harus dimiliki dalam hubungan konseling. Syarat-syarat yang dituntut tersebut bukan saja sesuatu yang bersifat teknis tetapi lebih banyak menyangkut aspek-aspek kepribadian.

Beberapa syarat yang berkenaan dengan sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang konselor antara lain ialah sifat dan sikap untuk menerima klien sebagaimana adanya, penuh pengertian atau pemahaman terhadap klien secara jelas, benar dan menyeluruh dari apa yang diungkapkan oleh klien, dan kesungguhan serta mengkomunikasikan pemahamannya tentang bagaimana klien berusaha untuk mengekspresikan dirinya. Segala hal di atas juga harus dilengkapi dengan sifat dan sikap yang supel, ramah, dan fleksibel yang harus dimiliki oleh seorang konselor.

Jumat, 24 Desember 2010

Pembangunan Kepariwisataan


UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 yang kemudian diadakan perubahan menjadi UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah, menyatakan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani. Untuk itu penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai subsistem pemerintah Negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam pelayanan kepada masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dapat dijelaskan dari kemampuan keuangan daerah. Sebagai salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat otonomi yaitu Pendapatan Asli Daerah ( PAD). PAD akan meningkat, jika pendapatan masyarakatnya juga meningkat, sehingga mempunyai kemampuan membayar pajak daerah dan retribusi sebagai elemen dalam penerimaan pendapatan asli daerah. Didalam menjalankan fungsi pemerintahan faktor keuangan merupakan hal yang sangat penting, karena semua kegiatan pemerintahan membutuhkan biaya yang besar.

Dengan demikian, maka ciri utama untuk mewujudkan suatu daerah otonom yang mampu berotonomi maka kemampuan kauangan daerah tidak hanya terletak pada kewenangan dan kemampuan untuk menggali, mengelola dan menggunakan sumber- sumber keuanganya, akan tetapi terletak pada bagaimana pemerintah daerah membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah tidak melakukan eksploitasi sumber-sumber penerimaan dari masyarakat dengan tidak melakukan sesuatu yang dapat menciptakan peluang bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat secara kreatif menangkap peluang tersebut untuk meningkatkan pendapatannya. Upaya pemerintah semacam ini akan lebih bermakna otonomi itu sendiri bagi masyarakatnya dalam jangka panjang masyarakat tetap berkemampuan membayar pajak dan retribusi daerah.

Tanpa adanya usaha pemerintah daerah sebagaimana diutarak diatas, maka pemerintah daerah akan sulit menciptakan kemandirian keuangan daerah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini disebabkan pembangunan daerah adalah merupakan pembangunan berkelanjutan dengan mengacu pada orientasi usaha untuk mewujudkan kepentingan publik dalam rangka upaya meningkatkan usaha kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatannya.

Untuk itu, upaya mewujudkan kemandirian kemampuan keuangan daerah hanya dapat dicapai dengan menciptakan bagaimana dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peleaksanaan pembangunan infrastruktur dan prasarana lainnya (Public Goods) sehinggan memberikan kemudahan kepada masyarakat secara kreatif berusaha meningkatkan earning-nya. Dengan meningkatkannya pendapatan masyarakat maka akan dengan sendirinya pendapatan asli daerah meningkat.

Mengingat tujuan dan hakekat pelaksanaan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka kebijakan ekonomi daerah yang bersifat makro seperti upaya mengejar pertumbuhan ekonomi, peningkatan PAD harus dibarengi dengan kebijakan-kebijakan yang bermuara pada usaha memperluas kesempatan berusaha, penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Hal ini disebabkan peningkatan PAD dalam rangka kemandirian keuangan daerah tidak dapat segera dicapai tanpa adanya usaha-usaha semacam itu dari pemerintah daerah. Untuk itu kebijakan pembangunan daerah diarahkan pada pelaksanaan pembangunan yang berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan memperhatikan sektor atau subsector pembangunan yang beraspek multiplier effect terhadap masyarakat. Artinya pelaksanaan program atau kegiatan pembangunan daerah pada sektor-sektor ekonomi dan sektor lainnya harus memiliki implikasi secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, baik dalam jangka pendek dan jangka menengah maupun dalam jangka panjang.

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu subsektor pembangunan yang mempunyai aspek multiplier effect bagi peningkatan pendapatan masyarakat melalui perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan bekerja adalah pembangunan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan mempunyai manfaat multidimensi terhadap aspek sosial, politik, dan ekonomi. Ketiga aspek manfaat tersebut adalah : Pertama, manfaat sosial misalnya mencakup aspek menggalang persatuan bangsa. Apabila pariwisata internasional maka dapat menjadi sarana meningkatkan saling pengertian antar Negara dan masyarakat internasional serta manfaat lainnya secara sosial. Kedua, Manfaat politik antara lain sebagai alat penenang ketegangan politik dalam negeri dan internasional karena orang-orang dari berbagai daerah atau waga negara akan bertemu dan saling memperhatikan pola kehidupan sehingga memberikan rasa saling pengertian dan semakin membaik. Ketiga, manfaat ekonomi diantarnya meliputi menggugah industry-industri baru yang berkaitan dengan wisata seperti industri transportasi, restoran/ rumah makan, akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, perkemahan dan lain-lainnya); home industry kerajinan, cindera mata (souvenir) menambah permintaan hasil pertanian karena pertambahan pemakaian / konsumsi. Memperluas pasar produk barang lokal. Menunjang pendapatan Negara (melalui valuta asing, PPh, PPn, dan sebagainya ) dan pendapatan daerah (pajak dan retribusi daerah) berdampak pada keluasan kesempatan kerja baru sebagai akibat dari meningkatnya lapangan usaha; faktor pendistribusian kembali dalam tata ekonomi internasional, artinnya kegiatan berwisata karena adanya kelebihan pendapatan. Hal ini terlihat dari arus wisata lebih banyak datang dari negara mampu ke negara yang kurang makmur atau mampu. Hal ini sama juga terjadi dalam negeri (antar daerah).

Dengan demikian secara ekonomi kegiatan pembangunan kepariwisataan akan lebih mempercepat sirkulasi ekonomi suatu negara atau daerah karena bermanfaat ganda (multyplier effect) seperti : adanya kunjungan wisatawan manca negara dapat menciptakan pendapatan tambahan dalam perekonomian suatu Negara atau daerah; sebagai hasil ganda investasi dan perdagangan internasional, termasuk membantu pelaksanaan pembangunan pada daerah terpencil yang memiliki objek-objek daya tarik wisata (pakrudi).

Selasa, 21 Desember 2010

Strategi Pembelajaran Quantum Teaching


Seperti kita ketahui selama ini, bahwa di dalam dua tiga dasawarsa terakhir ini perkembangan tek­nologi itu berjalan dengan amat cepat sekali. Tanpa kita sadari perkembangan teknologi yang terjadi bisa di katakan cepat melebihi batas umur kita. Teknologi yang di hari kemarin masih dianggap modern (sunrise technology) bukan tak mungkin hari ini sudah mulai basi (sunset tecnology). Hal ini disebabkan semakin pesatnya laju perkembangannya di dunia.

Kemudian tidak mengherankan jika teknologi baru terutama teknologi di multimedia mempunyai peranan yang semakin penting dalam setup proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa mul­timedia akan dapat mampu membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam, pembelajaran orang dewasa, learning with effort men­jadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. jadi proses pembelajar­an yang menyenangkan, kreatif, tidak membosan­kan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multi­media dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar.

Pada saat ini kita semua memahami bahwa proses belajar dipandang sebagai salah satu proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) untuk mencapai kom­petensi tertentu. Semuanya menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran untuk terus main dan menciptakan sesuatu hal yang berbeda.

Beberapa sekolah yang sudah mapan pada umumnya menggunakan teknologi multimedia di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada beberapa tahun lalu yang masih menggunakan Overhead Projector (OHP) dan menggunakan media Overhead transparancy (OHT), pada saat ini menjadi tidak mode dan mulai ditinggalkan dan beralih ke teknologi yang lebih canggih lagi. Beberapa kelebihan multimedia seperti tidak perlu pencetakan hard copy dan dapat dibuat/diedit pada saat mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam penyampaian materinya. Berbagai variasi tampilan/visual bahkan audio mulai dicoba seperti animasi bergerak, potongan video, rekaman audio, paduan warna dan lain-lain dibuat untuk mendapatkan sarana bantu mengajar yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan ToT Multimedia dan juga In House Training yang lebih efektif.

Memang diakui atau tidak, sejauh ini peranan multimedia tidak bisa dianggap remeh dalam kemajuan pembelajaran. Hal ini karena multimedia mampu mengubah pembelajaran secara drastis dan fundamental. Namun pertanyaannya adalah, kapan multimedia efektif digunakan dalam proses pembelajaran peserta diktat? Dan mengapa efektif? Karena tidak semua pembelajaran mampu untuk menggunakan multimedia.

Untuk dapat menjawab pertanyaan seperti di atas, maka kita harus mampu memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang multimedia. Ketika mem­bahas multimedia, biasanya yang kita maksudkan adalah gabungan alat-alat teknik seperti komputer, memori elektronik, jaringan informasi, dan alat-alat display yang dapat menyajikan informasi melalui berbagai format seperti teks, gambar nyata atau grafik dan melalui multi saluran sensorik. Hal ini analog dengan pemikiran jika kita menganggap komputer sebagai mesin tik misalnya. Padahal komputer jelas-­jelas memiliki berbagai fungsi dan manfaat yang le­bih banyak dibanding mesin tik manual.

Beberapa kesalahpahaman tentang konsep me­ngenai multimedia yang seringkali dilakukan oleh kebanyakan orang sayangnya mereka tidak pernah menyadari akan kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar pengguna teknologi multi media masih menganggap bahwa multi media hanya sebagai alas penampil suatu materi yang akan disampaikan. Padahal hal ini salah sebab tidak semua multimedia mampu memberikan semua itu.

2. Multimedia dipandang sebagai wahana yang selalu memberikan dampak yang positif pada pembelajaran. Ini memang ada benarnya, karena kita semua tahu bahwa multimedia tentu akan memberikan efek yang positif dalam proses pembelajaran. Namun demikian perlu diingat, bahwa tidak selamanya multimedia akan memberikan efek yang positif Baja, bisa juga multimedia justru akan memberikan efek yang negatif jika kita tidak mampu meng­gunakannya sesuai dengan proporsinya.

3. Karena multimedia memanfaatkan banyak ber­bagai ragam media seperti (audio, visual, animasi gerak, dll) maka peserta merta akan menghasilkan proses kognitif yang banyak pula, dan kita harus menyadari dan memahami semua itu. Dengan bahasa sederhana dikatakan bahwa dengan mem­berikan banyak hal (teks, gambar, animasi, dll.) maka peserta didik akan mendapatkan lebih ba­nyak lagi metode dalam proses pembelajaran.

Kembali lagi pada topik terkemuka, sebelum kita mencari jawaban atas pertanyaan di atas hen­daknya kita memahami level-level pada multimedia yang sudah umum dalam dunia kita. Secara keselu­ruhan, multimedia terdiri dari tiga level yang cukup signifikan yaitu:

a. Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis; alat-alat ini dapat diartikan se­bagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs).

b. Level semiotik, yaitu representasi hasil multime­dia seperti teks, gambar, grafik, tabel, d1l.

c. Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan sa­luran sensorik yang berfungsi untuk menerima tanda (signs).

Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Seperti kita ketahui selama ini, bahwa di dalam dua tiga dasawarsa terakhir ini perkembangan tek­nologi itu berjalan dengan amat cepat sekali. Tanpa kita sadari perkembangan teknologi yang terjadi bisa di katakan cepat melebihi batas umur kita. Teknologi yang di hari kemarin masih dianggap modern (sunrise technology) bukan tak mungkin hari ini sudah mulai basi (sunset tecnology). Hal ini disebabkan semakin pesatnya laju perkembangannya di dunia.

Kemudian tidak mengherankan jika teknologi baru terutama teknologi di multimedia mempunyai peranan yang semakin penting dalam setup proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa mul­timedia akan dapat mampu membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam, pembelajaran orang dewasa, learning with effort men­jadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. jadi proses pembelajar­an yang menyenangkan, kreatif, tidak membosan­kan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multi­media dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar.

Pada saat ini kita semua memahami bahwa proses belajar dipandang sebagai salah satu proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) untuk mencapai kom­petensi tertentu. Semuanya menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran untuk terus main dan menciptakan sesuatu hal yang berbeda.

Beberapa sekolah yang sudah mapan pada umumnya menggunakan teknologi multimedia di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada beberapa tahun lalu yang masih menggunakan Overhead Projector (OHP) dan menggunakan media Overhead transparancy (OHT), pada saat ini menjadi tidak mode dan mulai ditinggalkan dan beralih ke teknologi yang lebih canggih lagi. Beberapa kelebihan multimedia seperti tidak perlu pencetakan hard copy dan dapat dibuat/diedit pada saat mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam penyampaian materinya. Berbagai variasi tampilan/visual bahkan audio mulai dicoba seperti animasi bergerak, potongan video, rekaman audio, paduan warna dan lain-lain dibuat untuk mendapatkan sarana bantu mengajar yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan ToT Multimedia dan juga In House Training yang lebih efektif.

Memang diakui atau tidak, sejauh ini peranan multimedia tidak bisa dianggap remeh dalam kemajuan pembelajaran. Hal ini karena multimedia mampu mengubah pembelajaran secara drastis dan fundamental. Namun pertanyaannya adalah, kapan multimedia efektif digunakan dalam proses pembelajaran peserta diktat? Dan mengapa efektif? Karena tidak semua pembelajaran mampu untuk menggunakan multimedia.

Untuk dapat menjawab pertanyaan seperti di atas, maka kita harus mampu memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang multimedia. Ketika mem­bahas multimedia, biasanya yang kita maksudkan adalah gabungan alat-alat teknik seperti komputer, memori elektronik, jaringan informasi, dan alat-alat display yang dapat menyajikan informasi melalui berbagai format seperti teks, gambar nyata atau grafik dan melalui multi saluran sensorik. Hal ini analog dengan pemikiran jika kita menganggap komputer sebagai mesin tik misalnya. Padahal komputer jelas-­jelas memiliki berbagai fungsi dan manfaat yang le­bih banyak dibanding mesin tik manual.

Beberapa kesalahpahaman tentang konsep me­ngenai multimedia yang seringkali dilakukan oleh kebanyakan orang sayangnya mereka tidak pernah menyadari akan kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar pengguna teknologi multi media masih menganggap bahwa multi media hanya sebagai alas penampil suatu materi yang akan disampaikan. Padahal hal ini salah sebab tidak semua multimedia mampu memberikan semua itu.

2. Multimedia dipandang sebagai wahana yang selalu memberikan dampak yang positif pada pembelajaran. Ini memang ada benarnya, karena kita semua tahu bahwa multimedia tentu akan memberikan efek yang positif dalam proses pembelajaran. Namun demikian perlu diingat, bahwa tidak selamanya multimedia akan memberikan efek yang positif Baja, bisa juga multimedia justru akan memberikan efek yang negatif jika kita tidak mampu meng­gunakannya sesuai dengan proporsinya.

3. Karena multimedia memanfaatkan banyak ber­bagai ragam media seperti (audio, visual, animasi gerak, dll) maka peserta merta akan menghasilkan proses kognitif yang banyak pula, dan kita harus menyadari dan memahami semua itu. Dengan bahasa sederhana dikatakan bahwa dengan mem­berikan banyak hal (teks, gambar, animasi, dll.) maka peserta didik akan mendapatkan lebih ba­nyak lagi metode dalam proses pembelajaran.

Kembali lagi pada topik terkemuka, sebelum kita mencari jawaban atas pertanyaan di atas hen­daknya kita memahami level-level pada multimedia yang sudah umum dalam dunia kita. Secara keselu­ruhan, multimedia terdiri dari tiga level yang cukup signifikan yaitu:

a. Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis; alat-alat ini dapat diartikan se­bagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs).

b. Level semiotik, yaitu representasi hasil multime­dia seperti teks, gambar, grafik, tabel, d1l.

c. Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan sa­luran sensorik yang berfungsi untuk menerima tanda (signs).