Selasa, 21 Desember 2010

Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Seperti kita ketahui selama ini, bahwa di dalam dua tiga dasawarsa terakhir ini perkembangan tek­nologi itu berjalan dengan amat cepat sekali. Tanpa kita sadari perkembangan teknologi yang terjadi bisa di katakan cepat melebihi batas umur kita. Teknologi yang di hari kemarin masih dianggap modern (sunrise technology) bukan tak mungkin hari ini sudah mulai basi (sunset tecnology). Hal ini disebabkan semakin pesatnya laju perkembangannya di dunia.

Kemudian tidak mengherankan jika teknologi baru terutama teknologi di multimedia mempunyai peranan yang semakin penting dalam setup proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa mul­timedia akan dapat mampu membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam, pembelajaran orang dewasa, learning with effort men­jadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. jadi proses pembelajar­an yang menyenangkan, kreatif, tidak membosan­kan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multi­media dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar.

Pada saat ini kita semua memahami bahwa proses belajar dipandang sebagai salah satu proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) untuk mencapai kom­petensi tertentu. Semuanya menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran untuk terus main dan menciptakan sesuatu hal yang berbeda.

Beberapa sekolah yang sudah mapan pada umumnya menggunakan teknologi multimedia di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada beberapa tahun lalu yang masih menggunakan Overhead Projector (OHP) dan menggunakan media Overhead transparancy (OHT), pada saat ini menjadi tidak mode dan mulai ditinggalkan dan beralih ke teknologi yang lebih canggih lagi. Beberapa kelebihan multimedia seperti tidak perlu pencetakan hard copy dan dapat dibuat/diedit pada saat mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam penyampaian materinya. Berbagai variasi tampilan/visual bahkan audio mulai dicoba seperti animasi bergerak, potongan video, rekaman audio, paduan warna dan lain-lain dibuat untuk mendapatkan sarana bantu mengajar yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan ToT Multimedia dan juga In House Training yang lebih efektif.

Memang diakui atau tidak, sejauh ini peranan multimedia tidak bisa dianggap remeh dalam kemajuan pembelajaran. Hal ini karena multimedia mampu mengubah pembelajaran secara drastis dan fundamental. Namun pertanyaannya adalah, kapan multimedia efektif digunakan dalam proses pembelajaran peserta diktat? Dan mengapa efektif? Karena tidak semua pembelajaran mampu untuk menggunakan multimedia.

Untuk dapat menjawab pertanyaan seperti di atas, maka kita harus mampu memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang multimedia. Ketika mem­bahas multimedia, biasanya yang kita maksudkan adalah gabungan alat-alat teknik seperti komputer, memori elektronik, jaringan informasi, dan alat-alat display yang dapat menyajikan informasi melalui berbagai format seperti teks, gambar nyata atau grafik dan melalui multi saluran sensorik. Hal ini analog dengan pemikiran jika kita menganggap komputer sebagai mesin tik misalnya. Padahal komputer jelas-­jelas memiliki berbagai fungsi dan manfaat yang le­bih banyak dibanding mesin tik manual.

Beberapa kesalahpahaman tentang konsep me­ngenai multimedia yang seringkali dilakukan oleh kebanyakan orang sayangnya mereka tidak pernah menyadari akan kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar pengguna teknologi multi media masih menganggap bahwa multi media hanya sebagai alas penampil suatu materi yang akan disampaikan. Padahal hal ini salah sebab tidak semua multimedia mampu memberikan semua itu.

2. Multimedia dipandang sebagai wahana yang selalu memberikan dampak yang positif pada pembelajaran. Ini memang ada benarnya, karena kita semua tahu bahwa multimedia tentu akan memberikan efek yang positif dalam proses pembelajaran. Namun demikian perlu diingat, bahwa tidak selamanya multimedia akan memberikan efek yang positif Baja, bisa juga multimedia justru akan memberikan efek yang negatif jika kita tidak mampu meng­gunakannya sesuai dengan proporsinya.

3. Karena multimedia memanfaatkan banyak ber­bagai ragam media seperti (audio, visual, animasi gerak, dll) maka peserta merta akan menghasilkan proses kognitif yang banyak pula, dan kita harus menyadari dan memahami semua itu. Dengan bahasa sederhana dikatakan bahwa dengan mem­berikan banyak hal (teks, gambar, animasi, dll.) maka peserta didik akan mendapatkan lebih ba­nyak lagi metode dalam proses pembelajaran.

Kembali lagi pada topik terkemuka, sebelum kita mencari jawaban atas pertanyaan di atas hen­daknya kita memahami level-level pada multimedia yang sudah umum dalam dunia kita. Secara keselu­ruhan, multimedia terdiri dari tiga level yang cukup signifikan yaitu:

a. Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis; alat-alat ini dapat diartikan se­bagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs).

b. Level semiotik, yaitu representasi hasil multime­dia seperti teks, gambar, grafik, tabel, d1l.

c. Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan sa­luran sensorik yang berfungsi untuk menerima tanda (signs).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar