Kamis, 02 Desember 2010

Perkembangan Konseling Kelompok


Di Amerika Serikat profesi konseling mulai dirintis sejak awal abad ke 20 (Shertzer & Stone, 1980) dan memperoleh momentum yang amat baik untuk berkembang dengan pesat pada akhir tahun 1950-an (Whitely,1968). Miller (1961) meringkaskan perkembangan konseling ke dalam lima periode.

Periode pertama, perkembangan gerakan bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson yang dikenal sebagai pendiri dan pelopor gerakan bimbingan jabatan di Amerika, karena menulis buku yang berjudul " Choosing a Vocationaf dan pada tahun 1908 mendirikan Vocational Bureau of Boston di Boston yang memberikan pelayanan bantuan kepada mereka yang mendapat kesulitan mencari pekerjaan. Pengertian bimbingan pada masa ini baru mencakup bimbingan jabatan. Pada tahap awal ini, disebut sebagai periode Parson/an, bimbingan dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan jabatan; kedua jenis keterangan ini kemudian dipasang-dicocokkan yang pada akhirnya menentukan jabatan apa yang paling cocok untuk individu yang dimaksudkan.

Periode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Bimbingan baru menjadi sebagian dari program pendidikan di sekolah, setelah pada tahun 1915 Charles L.Jacobs dari California menerbitkan buku yang diberi judul Manual Training and Vocational Education. Dalam buku tersebut Jacobs membagi pekerjaan bimbingan menjadi tiga bagian, yaitu bimbingan pendidikan (educational guidance), bimbingan jabatan (vocational guidance), dan bimbingan kegiatan di luar jabatan resmi (misalnya hobi) (avocationalguidance). Pionir lain yang mengawali bimbingan sebagai program pendidikan di sekolah yaitu Jessie B. Davis, Anna Reed dan Eli Weaver (Blocher,1987). Dalam tahapan ini bimbingan dirumuskan sebagai suatu totalitas pelayanan yang secara keseluruhan dapat diintegrasikan ke dalam upaya pendidikan. Pada kedua periode ini rumusan tentang konseling belum dimunculkan.

Periode ketiga, pelayanan untuk penyesuaian diri mendapat perhatian utama. Pada periode ini didasari bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya disangkutpautkan dengan usaha-usaha pendidikan saja, tidak hanya mencocokkan individu untuk jabatan-jabatan tertentu saja, melainkan juga bagi peningkatan kehidupan mental. Dalam kaitan itu, keseluruhan upaya bimbingan ditekankan untuk membantu penyesuaian diri individu terhadap diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat. Pada periode inilah rumusan tentang konseling dimunculkan. Para ahli bimbingan dalam periode ketiga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan "bukan hanya sekedar menyedlakan bimbingan atau memberikan latihan"; mereka membantu individu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan individu itu yang kadang-kadang amat pelik dan membesar" (Belkin,1975). Rumusan konseling yang muncul pada periode ketiga itu secara nyata memperlihatkan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan di antara sejumlah pelayanan lainnya, seperti bimbingan jabatan dan bimbingan pendidikan. Perkembangan lebih lanjut pada periode ketiga lebih menonjolkan peranan pentingnya konseling di antara keseluruhan bentuk-bentuk pelayanan bimbingan; sampai-sampai konseling dianggap sebagai jantung hatinya bimbingan.

Periode keempat, gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu. Pada periode ini pelayanan bimbingan dihubungkan dengan usaha individu untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya; membantu individu dalam mengembangkan potensi dan kemampuan dalam mencapai kematangan dan kedewasaan menjadi tujuan yang utama. Menurut Myrick (dalam Mayers,1992) perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan. Sejak tahun 1950-an orientasi perkembangan bimbingan dan konseling sejalan dengan konsepsi tugas-tugas perkembangan yang dicetuskan oleh Havighurst (Hansen, at.al,1976). Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya.

Periode berikut, ditandai sebagai periode kelima, tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu kecenderungan yang ingin kembali ke periode pertama dan kecenderungan yang lebih menekankan pada rekonstruksi sosial dan personal dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu. Pada dua tahap terakhir itu tampak tumpang tindihnya pengertian bimbingan dan konseling, yang satu dapat dibedakan dari yang lain, tapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Perkembangan lebih lanjut rumusan bimbingan dan konseling memperlihatkan gejala yang amat menarik. Belkin (1975) secara tegas menolak konsep, rumusan ataupun penjelasan yang mengecilkan arti istilah konseling. la bahkan mengusulkan, lebih baik dan menguntungkan untuk membangun rumusan konseling yang meliputi juga segala sesuatu yang selama ini disebutkan sebagai pelayanan bimbingan. Istilah bimbingan tidak dipakai lagi dan diganti dengan istilah konseling. ini cukup beralasan karena dalam tugasnya, konselor pada dasarnya melibatkan diri pada pertumbuhan dan perkembangan individu dalam keseluruhan totalitas perwujudannya. Lebih lanjut, Belkin mengajukan istilah konseling praktis, yang dirumuskan sebagai: proses konseling yang menyeluruh, yang didasarkan atas filsafat dan kesadaran diri-sendiri yang mantap, yang dilaksanakan dengan keterlibatan penuh terhadap keseluruhan perkembangan individu, yang meliputi wawancara tatap-muka, kegiatan dalam suasana kelompok, pelayanan sekolah, program pengatasan masalah, kegiatan ekstra-kurikuler, pemberian informasi pendidikan dan jabatan, dan kegiatan serta pelayanan lain yang menunjang perkembangan dan pemenuhan kebutuhan individu sebagai orang yang mampu berdiri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar