Otak manusia sudah berkembang dimulai dari masa pembuahan hingga dewasa. Otak terus tumbuh, memproses informasi, hingga menciptakan sebuah memori, bahkan beberapa bulan sebelum manusia dilahirkan ke dunia. Pada bagian sebelumnya, telah disebutkan bahwa otak manusia memiliki 1 triliun sel otak yang terdiri dari 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar sel otak pendukung. Sel otak (neuron) tumbuh secara cepat dan berlipat ganda pada sembilan bulan masa pertumbuhan otak. Pertumbuhan sel saraf baru yang hogitu cepat akan menghasilkan sekitar 4.000 lebih sel saraf baru per detiknya. Hal ini terjadi dari masa pembuahan hingga kelahiran manusia.
Bayi yang berusia (sekitar) enam bulan bahkan telah mampu mengembangkan memori jangka panjangnya. seorang bayi mulai belajar dan mengingat kata-kata pada akhir tahun pertama. Salah satu proses belajar yang dilakukan oleh bayi adalah dengan cara meniru. Anda tentu pernah mendengar bayi, adik, atau keponakan mungil mengucapkan kata “ma... ma ......Hal tersebut bisa terjadi karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh sang bayi. Dan, tentu saja, ada seseorang yang mengajarkan (baca: memperdengarkan) kata tersebut kepadanya secara rutin. Dengan meniru, bayi akan mampu mengucapkan kata-kata yang diajarkan kepadanya serta menguasai bahasa tubuh non verbal seperti ekspresi wajah atau tubuh yang dilakukan oleh seseorang terhadapnya. Secara dramatis, terdapat perkembangan kemampuan bayi dalam mengingat sesuatu antara usia 7 hingga 12 bulan pertama. Penelitian menyebutkan bahwa pada saat bayi berumur 12 bulan, ia akan dengan mudah mengingat keberadaan suatu objek selama 10 detik atau lebih.
Kemampuan seorang bayi atau anak-anak dalam mengingat dapat dilakukan dengan baik karena mereka menggunakan lebih banyak indera secara serentak dalam menyimpan pesan-pesan yang diterimanya. Informasi yang disimpan oleh bayi masih bersifat orisinil.
Lalu, apakah dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah lupa? Tentu saja itu tidak benar! Anda mungkin pernah mendapati orang tua menjadi seorang pelupa atau “pikun”. Namun, kepikunan bisa saja terjadi pada seseorang. Sebenarnya bukan karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor penyebab kepikunan dintara lain sering mengonsumsi jenis obat tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik, dan memercayai anggapan yang beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau pikun. Sebenarnya, seseorang yang mengalami pertambahan usia justru memiliki informasi yang jauh lebih terstruktur sehingga memungkinkan informasi-informasi yang pernah diterima otak bisa dengan mudah diakses kembali untuk dibandingkan dengan informasi yang baru mereka dapatkan. Dengan terus melatih daya ingat, seseorang yang sudah berusia senja (manula) mampu mengingat lebih baik dibandingkan dengan orang yang usianya jauh lebih muda yang tidak memedulikan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar