Tiap
orangtua tentu akan berusaha memberikan pendidikan yang terbaik buat
putra-putrinya bahkan sejak usia prasekolah. Peranan pendidikan prasekolah
dianggap makin penting karena diyakini bisa memberikan landasan yang kuat untuk
tingkatan sekolah selanjutnya. Belakangan ini, di Indonesia ada banyak sekali
tawaran program pendidikan bagi anak-anak usia prasekolah, seperti kelompok
bermain (play group) dan taman kanak-kanak (TK). Orangtua harus
memilihkan anaknya pendidikan prasekolah yang tepat. Karena, jika keliru
memilih tempat, tak hanya berarti kerugian secara finansial, juga risiko
mempertaruhkan anak menghadapi masa depannya. Orangtua harus selektif memilih
tempat pendidikan prasekolah yang tepat yang sesuai dengan keinginan dan juga
kemampuan keuangan keluarga.
Sejumlah
informasi dibutuhkan oleh orangtua yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih tempat pendidikan prasekolah yang terbaik bagi anak.
Tentunya harus tetap memperhatikan kondisi keuangan keluarga karena makin
berkualitas fasilitas dan program yang ditawarkan maka makin mahal biayanya.
Harapan orangtua dengan masuknya anak-anak di TK, anak-anak tersebut bisa
benar-benar siap ketika memasuki SD kelas I.
Dengan
demikian, pendidikan anak usia dini tingkat TK berusaha meningkatkan mutu
pendidikan dan bisa memenuhi harapan orangtua dan juga guru SD kelas I. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Taman Kanak-kanak, guru TK memegang peranan sangat
penting. Guru TK dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menarik dan menyenangkan bagi anak didik. Sesuai kebutuhan perkembangan anak,
anak perlu mengembangkan aspek daya pikir, sosial emosional, kesehatan,
pendidikan, dan spiritual. Semua aspek ini saling berkaitan dalam kehidupan
anak dan berkembang secara bersama-sama. Perkembangan anak merupakan proses
perubahan perilaku dari sederhana menjadi kompleks, dari tidak matang menjadi
matang dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek
gerakan, berpikir perasaan dan berinteraksi dengan sesama atau benda-benda
dalam lingkungan hidup.
Dengan
adanya kurikulum berbasis kompetensi, sistem pembelajaran di TK disajikan pada
10 pusat kegiatan/ area yaitu: (1) area IPA/ sains, (2) area pasir dan air, (3)
area drama, (4) area baca tulis, (5) area seni, (6) area balok, (7) area musik,
(8) area agama, (9) area matematika, dan area masak, serta ditambah lagi dengan
satu kegiatan di luar kelas.
Terkait
dengan kurikulum berbasis kompetensi ini, guru TK diharapkan untuk selalu
meningkatkan profesinya sehingga diharapkan pula guru mampu menjadikan anak memiliki
kemampuan moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, bahasa, kognitif, fisik
motorik, dan seni.
Pada
satu sisi, bagi sebagian besar guru SD, mengajar kelas I merupakan tugas yang
amat berat. Pasalnya, tugas ini membutuhkan kesabaran tingkat tinggi
dalam pelaksanannya agar berhasil. Jika mengajar di kelas tinggi guru dapat berkonsentrasi
ke arah pencapaian tujuan pembelajaran secara cepat, di kelas I para guru harus
lebih bersabar. Pembelajaran yang berkualitas penting, namun pendidikan bagi
siswa kelas I SD jauh lebih penting. Selain itu, beban kurikulum kelas I SD
saat ini telah bertambah tingkat kesulitannya dibanding kurikulum 1975.
Tuntutan perkembangan pengetahuan teknologi mengikuti perkembangan zaman,
berimbas pada beban pembelajaran pada anak SD kelas I.
Siswa kelas I SD memang masih
sangat terpengaruh dengan situasi rumah, dengan penuh kemanjaan, dan sangat
riskan apabila guru melakukan kesalahan (baik ucapan maupun tindakan).
Kesalahan ini akan dibawa dan berpengaruh pada kehidupan siswa hingga dewasa.
Misalnya dalam proses pembelajaran, siswa kelas I yang rata-rata masih polos
akan mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran apabila guru menerapkan
model pembelajaran yang membutuhkan keseriusan. Di sisi lain, guru juga akan
mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran apabila hanya mengikuti
kemauan siswa yang masih suka bermain dan tidak bisa duduk tenang di tempat
duduknya. Akibatnya, proses pembelajaran cenderung gagal dalam arti guru tidak
bisa memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adanya
kondisi tersebut, terjadilah pergeseran harapan guru SD kelas I terhadap
kemampuan anak prasekolah (TK) sebelum mereka masuk SD kelas I. Pada beberapa puluh tahun lalu guru SD kelas
I akan mengajar dengan tekun anak-anak yang sama sekali belum pernah masuk TK
sampai anak-anak tersebut mampu membaca, menulis, dan berhitung. Saat ini
banyak guru SD kelas I berharap anak-anak yang masuk kelas I SD telah memiliki
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, sehingga guru bisa segera
menyelesaikan beban kurikulum yang cukup berat.